THIS ADS by GOOGLE
Menurut Rasyid, yang juga Seknas Boemi Poetera, sudah terlalu lama kaoem Boemi Poetera diperlakukan tidak pantas di negara Indonesia yang direbut dengan cucuran keringat, air mata, bahkan darah para syuhada pendiri bangsa ini. Kini terlihat, penguasaan ekonomi oleh etnis tertentu ditambah dukungan pejabat bermental korup, sering mengakibatkan kesombongan yang berlebihan dan mulai diperlihatkan di depan publik.
“Sebenarnya ini menjadi tugas negara untuk mensejahterakan rakyat, mempersempit kesenjangan ekonomi dan menjamin semua warga negara agar mendapat penghasilan melalui pekerjaan yang layak,” ungkap Rasyid.
Rasyid mengingatkan, konflik Sara adalah masalah serius yang bisa mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, segenap komponen bangsa harus bahu membahu dan bergotong royong bergerak cepat mematikan sumber-sumber konflik-konflik Sara yang ada.
Dan bila ingin menghilangkan konflik Sara, jelas Rasyid, syarat utamanya harus ditegakkan keadilan, baik keadilan ekonomi juga keadilan politik. Negara harus memberi ruang Boemi Poetera untuk berusaha, bukan justru menggusur dan menghilangkan mata pencarian mereka. Jika tercipta keadilan pada kehidupan rakyat, maka rasa saling menghormati yang selama ini ada pada bangsa ini semakin mudah dirajut kembali.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang saling menghormati dalam perbedaan. Apapun latar belakang suku maupun agamanya, kita adalah satu Bangsa Indonesia,” demikian Rasyid.
Baca Lebih Lengkap di Halaman Selanjutnya:
THIS ADS by GOOGLE
Halaman Berikutnya:

0 Response to "Konflik Agama Seperti di Tanjung Balai Berpotensi Masih Akan Terjadi, Ini Alasannya"
Post a Comment