THIS ADS by GOOGLE
– Berhati-hati dalam bereaksi karena akan menentukan kelanjutan relasi ortu-anak. Tentukan apa yang boleh didiskusikan dan apa yang tidak
– Perjelas aturan dan konsekuensi di rumah, budayakan dialog dan musyawarah. Beri kesempatan untuk berargumen. Dasar ini dari usia 2,5 tahun
– Jika ada kondisi dimana anak berargumen, lihat dulu konteksnya. Jika bahayakan anak atau langgar aturan agama, kendali ada di tangan ortu. Namun jika tidak membahayakan, biarkan anak dengan pilihannya agar ia belajar konsekuensi atas pilihannya
– Temukan dahulu akar setiap permasalahannya, baru kemudian kita bahas bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
– Dampak jika anak terlalu dilembekin atau terlalu dikerasi sama saja. Anak merasa tidak dimengerti dan tidak bida mengekspresikan dirinya. Hal ini membahayakan, anak seperti komputer shutdown. Kita tidak bisa mengetahui jika ada hal terjadi dalam dirinya
– Jangan sikapi anak yang melawan atau balik melawan dengan teriak atau mengancam, lebih baik tarik nafas panjang dan diam. Hentikan pembicaraan, beri waktu masing-masing untuk sendiri. Release emosi dgn wudhu, sholat, kemudian pikirkan “hmm.. kenapa ya nih anak?”
– Hal ini agar anak tidak semakin melawan. Ingat, anak bisa berdosa jika ia melawan kita. Tidak mau kan?
– Anak juga perlu tau anak tidak setara dengan orangtua. Sambung lagi pembicaraan setelah tenang
– Anak yang suka melawan bisa karena ia melihat temannya , sehingga ia ingin mencoba rasanya melawan (Hannah Chow – Johnson MD)
– Bisa juga karena ada masalah di luar rumah, maka baca bahasa tubuh dan tebak perasaannya. Kalau sdh reda,Jelaskan pd anak apa yg boleh..dan tidak, bilang kalau kamu marah atau capek atau lagi males ngomong, tapi jangan dengan marah-marah, teriak, ngatain dll
– Jika anak melawan, dan kita tidak sengaja teriak dan marah (karena dulu diasuh dengan keras), ampuni dulu ortu kita, minta Allah ampunkan. Lalu, minta maaf pada anak apa yang telah kita perbuat padanya
– Keras untuk disiplin? Disiplin itu hanya akan efektif jika melibatkan perasaan anak dan betujuan untuk bentuk kontrol diri.
– Bagaimana ajarkan anak tentang konsekuensi namun tetap dgn menunjukkan perhatian?
– Saat diskusikan batasan dengan anak, jelaskan bahwa sikap melawan punya konsekuensi
– Tentukan dan sepakati konsekuensinya apa? Misalnya kehilangan previlege (tidak boleh main games, nonton tv?), tambah tugas dirumah, tidur lebih cepat?
– Konsisten. Tunjukkan kita serius dalam penerapannya supaya aturan punya wibawa
– Jadilah Model! Bagaimana kita bicara, begitu anak bicara. Konsisten jadi pribadi yang baik dulu terhadap keluarga dan orang sekitar
– Perhatikan lebih banyak hal postif yang ditunjukkan anak, hargai dan puji. Misalnya “Mama senang deh kamu nunggu giliran ngomong.”
– Puji terlebih jika anak menyampaikan perasaannya melalui kata-kata
– Ingat : Selama pelaksanaan kesepakatan, mungkin anak akan tidak suka pada aturan tersebut, hal yang membuat aturan itu ada, atau orang yang buat aturan
-Berimbang antara penegakan aturan dan kasih sayang. Anak akan sadar ortu kenali saat dia sedang baik sehingga dia perlahan mengurangi kebiasannya melawan.
– Perjelas aturan dan konsekuensi di rumah, budayakan dialog dan musyawarah. Beri kesempatan untuk berargumen. Dasar ini dari usia 2,5 tahun
– Jika ada kondisi dimana anak berargumen, lihat dulu konteksnya. Jika bahayakan anak atau langgar aturan agama, kendali ada di tangan ortu. Namun jika tidak membahayakan, biarkan anak dengan pilihannya agar ia belajar konsekuensi atas pilihannya
– Temukan dahulu akar setiap permasalahannya, baru kemudian kita bahas bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
– Dampak jika anak terlalu dilembekin atau terlalu dikerasi sama saja. Anak merasa tidak dimengerti dan tidak bida mengekspresikan dirinya. Hal ini membahayakan, anak seperti komputer shutdown. Kita tidak bisa mengetahui jika ada hal terjadi dalam dirinya
– Jangan sikapi anak yang melawan atau balik melawan dengan teriak atau mengancam, lebih baik tarik nafas panjang dan diam. Hentikan pembicaraan, beri waktu masing-masing untuk sendiri. Release emosi dgn wudhu, sholat, kemudian pikirkan “hmm.. kenapa ya nih anak?”
– Hal ini agar anak tidak semakin melawan. Ingat, anak bisa berdosa jika ia melawan kita. Tidak mau kan?
– Anak juga perlu tau anak tidak setara dengan orangtua. Sambung lagi pembicaraan setelah tenang
– Anak yang suka melawan bisa karena ia melihat temannya , sehingga ia ingin mencoba rasanya melawan (Hannah Chow – Johnson MD)
– Bisa juga karena ada masalah di luar rumah, maka baca bahasa tubuh dan tebak perasaannya. Kalau sdh reda,Jelaskan pd anak apa yg boleh..dan tidak, bilang kalau kamu marah atau capek atau lagi males ngomong, tapi jangan dengan marah-marah, teriak, ngatain dll
– Jika anak melawan, dan kita tidak sengaja teriak dan marah (karena dulu diasuh dengan keras), ampuni dulu ortu kita, minta Allah ampunkan. Lalu, minta maaf pada anak apa yang telah kita perbuat padanya
– Keras untuk disiplin? Disiplin itu hanya akan efektif jika melibatkan perasaan anak dan betujuan untuk bentuk kontrol diri.
– Bagaimana ajarkan anak tentang konsekuensi namun tetap dgn menunjukkan perhatian?
– Saat diskusikan batasan dengan anak, jelaskan bahwa sikap melawan punya konsekuensi
– Tentukan dan sepakati konsekuensinya apa? Misalnya kehilangan previlege (tidak boleh main games, nonton tv?), tambah tugas dirumah, tidur lebih cepat?
– Konsisten. Tunjukkan kita serius dalam penerapannya supaya aturan punya wibawa
– Jadilah Model! Bagaimana kita bicara, begitu anak bicara. Konsisten jadi pribadi yang baik dulu terhadap keluarga dan orang sekitar
– Perhatikan lebih banyak hal postif yang ditunjukkan anak, hargai dan puji. Misalnya “Mama senang deh kamu nunggu giliran ngomong.”
– Puji terlebih jika anak menyampaikan perasaannya melalui kata-kata
– Ingat : Selama pelaksanaan kesepakatan, mungkin anak akan tidak suka pada aturan tersebut, hal yang membuat aturan itu ada, atau orang yang buat aturan
-Berimbang antara penegakan aturan dan kasih sayang. Anak akan sadar ortu kenali saat dia sedang baik sehingga dia perlahan mengurangi kebiasannya melawan.
Baca Lebih Lengkap di Halaman Selanjutnya:
THIS ADS by GOOGLE
0 Response to "Anak Suka Melawan dan Ngomong Balik? Begini Cara Menyikapinya "
Post a Comment