Binatang Selokan dan Menjijikan di Indonesia Ini Tenar dan Jadi Makanan Mahal di Eropa

THIS ADS by GOOGLE
Memang untuk stok belut yang diterima pengepul, hanya mengandalkan pasokan dari para pencari belut.

“Selama ini harga belut stabil, tidak naik dan tidak turun. Meskipun saat ini musim hujan, harga belut tetap tak berubah,” ujarnya.

Musa mengatakan, perhari di tempatnya bisa menampung sebanyak 70 kg belut.

Pasokan belut yang ditampungnya, memang dipasok dari kalangan pencari belut liar yang biasa mencari di rawa-rawa dan
parit.

Kemudian belut yang sudah ditampungnya, dijual kembali ke agen belut yang sudah skala besar.

“Belut liar memang lebih diminati. Baik itu ukurannya besar atau kecil. Setahu saya belut itu susah untuk dibudidaya. Jadi selama ini hanya mengandalkan dari pencari belut liar,” ujarnya.

Mengenai pasokan belut yang dikumpulkan di agen skala besar, Musa mengatakan, kalau sudah di tingkat agen, jumlah belut itu sudah banyak sekali.

Bahkan sudah mencapai ton perharinya dan kondisi belut itu masih hidup semua dan ditampung dalam drum berisi air.

“Kalau saya ini hanya sebatas pengepul saja. Katanya belut itu diekspor ke luar negeri, apakah untuk dikonsumsi atau untuk lainnya. Kalau dijual di pasar kita, mungkin tidak laku. Karena siapa yang mau makan belut, mungkin hanya sebagian orang saja,” ujarnya.

Tidak Tertarik
Thoriq pun mengaku aneh, minat masyarakat terhadap budidaya belut masih belum ada, dan cenderung memilih untuk jenis Ikan Lele, gurami dan lainnya.

Padahal, harga jual lebih tinggi belut dibandingkan Ikan Lele.

“Ikan Lele perkilo hanya Rp 16 ribu, belut bisa mencapai Rp 40 ribu perkilo. Ternaknya tidak susah, butuh waktu 3-4 bulan, sudah bisa panen,” katanya.

Baca Lebih Lengkap di Halaman Selanjutnya:

THIS ADS by GOOGLE

Halaman Berikutnya: 1 2 3 4 5

Related Posts :

0 Response to "Binatang Selokan dan Menjijikan di Indonesia Ini Tenar dan Jadi Makanan Mahal di Eropa"

Post a Comment